Archive for April 2014

DeSmuMe, cara alternatif memainkan Nintendo DS di PC

Halo para pembaca!

Semua pasti tau kan apa itu NDS?
Ituloh Handheld buatan Nintendo yang ada 2 layarnya
Bagi kalian yang nggak punya uang atau sekedar ingin bernostalgia pasti pengen dong main permainan di Nintendo DS ini

http://vividgamer.com/wp-content/uploads/2011/10/Nintendo_DS_001.jpg 

Tapi tenang saja, sekarang ada solusinya!
Kita tidak perlu repot repot beli Nintendo DS,
Sekarang kita bisa memainkan game - game DS di PC berkat bantuan program bernama DeSmuMe!
Apa itu DeSmuMe? DeSmuMe adalah program Emulator Nintendo DS, yang dalam artian adalah program untuk mensimulasikan Nintendo DS!
Sama seperti ePSXe yang mengemulasikan konsol PS1 untuk memainkan game - game PS1 secara bebas, dengan DeSmuMe kita bisa memainkan game - game NDS secara bebas! tanpa biaya apapun~

Untuk programnya sendiri kalian bisa download disini~
Kalian harus punya WinZip/WinRar untuk mengekstrak file ini

Bagi yang penasaran, nih beberapa hasil Gambar/Screenshot yang mimin ambil ketika bermain dalam DeSmuMe:


Nah untuk tempat download gamenya bisa kalian cari di Emuparadise,Indowebster,Nicoblog,Coolrom atau dimana saja untuk bisa mendapatkan gamenya. Ingat format game NDS adalah ".nds". Jika kalian mendapatkan game NDS yang formatnya bukan ".nds" berarti game itu tidak akan berkerja pada program DeSmuMe.
Sekian dari mimin, Selamat bermain~

Sumber: Google


Inilah Warnet di Jepang

Halo para pembaca!
Kita pasti sudah familiar dengan warnet. Kebanyakan di Indonesia warnetnya dibagi menjadi sekat kecil yang terbuka. sumpek dan nggak nyaman. Lalu seperti apakah warnet di luar negeri khususnya di Jepang? Yuk kita lihat-lihat seperti apa sih WarNet (Internet Cafe) di Jepang sana!

50c5fc01s9d8db_50c5fc019e4b6

Seperti juga di Indonesia, internet cafe di Jepang juga cukup banyak walaupun boleh dibilang hampir setiap rumah sudah mempunyai koneksi internet. Dan kebanyakan juga buka selama 24 jam.
Ada beberapa hal mendasar yang membedakan antara WarNet disana dibandingkan dengan disini yaitu harga (mahal banget), kecepatan (cepet banget), kebutuhan (ga cuma untuk internet).
Bicara mengenai harga, seperti biasa apa sih yang murah disana? Lama penyewaan mulai dari 15 menit sampai setengah hari dengan biaya rata-rata sekitar 500 Yen (sekitar 50.000 rupiah) untuk 15 menit dan 1500 Yen (150 ribu rupiah) untuk 7-9 jam.
Nah, kalau bicara kecepatan sih tidak usah ditanya, rata-rata kecepatan internet di sana saat ini minimal 10 Mbps jadi pasti jauh lebih cepat dibandingkan di Indonesia (rata2 di Indonesia speednya 500 kb Mbps).
Internet cafe di Jepang juga kebanyakan tidak hanya sekedar tempat untuk ber-internet ria tetapi juga biasanya kita bisa membaca buku komik (manga) secara gratis dengan koleksinya yang lumayan banyak.
Dan bicara mengenai tempat itu sendiri, mereka biasanya membaginya dalam 2 bagian yaitu ruangan terbuka dan ruangan tertutup untuk privasi dengan bentuk bilik-bilik kotak (cubicles).
Dan tergantung permintaan, kita bisa memilih untuk satu bilik bisa diisi 1 orang, 2 orang atau lebih dari 2 orang. Dan kadang, mereka juga menyiapkan 2 komputer dalam satu bilik.
Sebagian besar bilik tersebut sudah dilengkapi dengan berbagai macam alat, mulai dari komputer itu sendiri, webcam, mic dan juga TV untuk menonton.
Bagi anda yang perokok, jangan kuatir mereka juga menyediakan tempat bagi para perokok. Walaupun sedikit mahal untuk ber-internetan disini, ada satu hal yang lumayan membuat kita sedikit senang yaitu kita bisa minum sepuasnya sampai kembung (dan GRATIS) kecuali untuk makanan kecilnya, kita harus bayar.
Terakhir, bicara soal kebutuhan, belakangan ini ternyata internet cafe disana tidak sekedar untuk internet tetapi juga sebagai tempat tidur bagi orang-orang tertentu seperti pekerja paruh waktu atau sama seperti Love Hotels digunakan juga untuk tempat untuk bermalam bagi orang yang sudah ketinggalan kereta.
Alasannya sama saja dengan Love Hotels, yaitu internet cafe jauh lebih murah dibandingkan dengan mereka menginap di hotel, ditambah selain bisa tidur, mereka juga bisa internetan, baca komik (manga), mandi air hangat (ada kamar mandi tetapi harus bayar biasanya) bahkan minum sampai kembung.
Satu hal yang sebenarnya sekarang menjadi masalah tersendiri bagi pemerintah di sana seiring dengan meningkatnya pengganguran dan juga orang yang mendadak tidak punya tempat tinggal (homeless) adalah keberadaan internet cafe sudah mulai berubah fungsi sebagai rumah sementara bagi mereka yang tidak punya tempat tinggal.

Sumber: pulsk.com

Apa itu Pakaian Jinbei


Tahukah Anda apa itu jinbei?
Jinbei terlihat seperti kimono tetapi alih-alih merupakan satu potong pakaian yang panjang, jinbei terdiri dari dua potong pakaian dengan bagian atasnya kimono dan bagian bawahnya celana pendek, dan biasanya terbuat dari bahan katun atau rami.
Di Jepang, jinbei adalah salah satu hadiah yang populer diberikan saat Hari Ayah tahun ini.


Pada awalnya jinbei adalah baju malam untuk pria, namun akhir-akhir ini jinbei juga dikenakan oleh anak-anak dan wanita sebagai pakaian rumahan.


Jinbei bermotif bunga ini dapat menyala dalam gelap. Jinbei seperti ini sangat ideal digunakan saat festival kembang api atau festival musim panas lainnya yang biasanya diadakan pada malam hari.
Seperti halnya pemilik hewan peliharaan yang mendandani hewan peliharaannya dengan kostum Sinterklas misalnya, para pemilik hewan di Jepang juga kadang-kadang mendandani hewan peliharaannya menggunakan jinbei.


Mereka nampak lucu mengenakan jinbei, namun kucing itu terlihat tidak senang. Mereka tidak tahu seperti apa rasanya mengenakan jinbei setelah mandi!

Sumber: japanstyle.info

Taksi Kura-Kura untuk pelanggan yang santai di Jepang

Sebagian besar orang ingin naik taksi untuk mempercepat waktu ke tempat tujuan mereka. Bahkan, kecepatan mungkin menjadi salah satu alasan utama mengapa Anda akan naik taksi sejak awal. Tapi ada beberapa orang di Jepang yang mungkin tidak terburu-buru untuk tiba di tempat tujuan mereka dan akan lebih memilih naik taksi yang lebih santai. Untuk orang-orang ini, layanan “Turtle Taxi” dari Sanwa Kotsu adalah pilihan sarana transportasinya, dan layanan ini semakin populer di Jepang.

Turtle Taxi (1)

Jika penumpangnya kebetulan adalah seorang wanita hamil yang ingin sampai ke tujuannya tanpa kebut-kebutan dan guncangan, atau jika Anda memiliki waktu untuk dibuang hingga rapat berikutnya dan Anda perlu perjalanan yang santai, taksi “lambat” dari Sanwa Kotsu ini mungkin menjadi pilihan yang sempurna. Sanwa Kotsu memulai layanan unik ini pada Desember 2013, dengan menunjuk 10 dari 500 taksi dari perusahaan tersebut sebagai “taksi kura-kura”. Untuk taksi-taksi ini, para pengemudinya secara khusus diberitahu untuk mempercepat dan mengurangi kecepatan dengan cara yang lebih bertahap. Mereka juga diberitahu untuk mengendalikan kekuatan sentrifugal – seperti menjaganya tetap minim – ketika berbelok. Ini adalah salah satu alasan mengapa seorang ibu dengan seorang anaknya yang berumur satu tahun telah berulang kali tertarik terhadap layanan ini. “Saat berjalan dan berhentinya sangat halus karena tidak ada gerakan yang menderu-deru,” katanya. “Ini sangat cocok untuk saat-saat ketika saya tidak ingin anak saya yang tidur menjadi terbangun.”

Turtle Taxi (2)
Turtle Taxi (3)

Ketika naik “taksi kura-kura” ini, yang penumpangnya harus lakukan adalah menekan tombol Yukkuri yang disediakan di area penumpang. Sebuah bunyi musik dan pengingat visual dari plastik akan diaktifkan untuk mengingatkan baik pengemudi dan penumpang bahwa tanda ini akan membuat laju mobil menjadi lambat, pengingat visual ini memiliki ilustrasi seekor kura-kura dan kata Yukkuri, yang secara harfiah berarti “lambat” dalam bahasa Jepang, yang tertulis di atasnya. Layanan ini telah disambut hangat oleh sejumlah warga senior Jepang, serta ibu hamil yang secara alami akan lebih memilih untuk naik kendaraan yang melaju secara halus. Karena layanan Turtle Taxi telah dimulai, perusahaan pengelolanya telah melihat peningkatan 15 persen secara bertahap dalam jumlah panggilan yang meminta secara khusus untuk taksi lambat. Penerimaan yang baik ini berarti bahwa Sanwa Kotsu sekarang dapat berharap untuk memperluas layanannya, dengan hanya 16 taksi terutama di daerah Yokohama yang digunakan sebagai Turtle Taxi sejauh ini. Perusahaan ini ingin memperkenalkan sistem tersebut untuk semua taksinya tahun depan, dan menawarkan layanan ini di pusat-pusat perkotaan di Tokyo, Kanagawa dan Saitama.

Sumber:
japandailypress.com

5 Tahapan membuat Bento bernutrisi

Bento atau lunch box gaya Jepang umumnya ditata menarik. Jika Anda tidak punya waktu untuk menghias bento dengan karakter kartun, bento bisa ditata dengan padu padan bahan yang menarik dan mudah dibuat.
Bento bisa diracik dengan beragam lauk-pauk. Umumnya terdiri dari nasi, lauk nabati, hewani, dan sayuran. Berikut ini beberapa tahapan mudah untuk menyiapkan bento sehat dan cantik.

1. Nasi
bento step (1)
Nasi dalam bento hanya ditakar setengah hingga 3/5 dari tempat bekal. Sisanya adalah okazu (lauk). Pilih beras yang pulen dan lembut dan tetap enak saat dingin. Taburan rumput laut dan wijen hitam bisa ditambahkan untuk penambah rasa.

2. Okazu lauk
bento step (2)

Untuk menarik nafsu makan, lauk gorengan yang gurih bisa disertakan. Biasanya, terdapat lauk seperti karaage, mini hamburger, salmon, calamari, atau lauk sisa semalam. Pastikan memilih lauk yang masih enak walaupun dalam keadaan dingin.

3. Sayuran
bento step (3)

Bento biasanya berisi sayuran segar atau kukus. Selain sehat, sayuran berwarna cerah juga cantik. Sayuran yang biasanya dipakai misalnya, lettuce, tomat ceri, mentimun, edamame, brokoli kukus, atau salad kentang.

4. Okazu protein
bento step (4)

Bahan makanan kaya protein juga hadir dalam bento, walau hampir sama dengan okazu utama. Kelompok bahan makanan kaya kandungan protein mempunyai porsi lebih sedikit dan terdiri dari pilihan antara lain tamagoyaki (omelet), sosis, atau kamaboko (fish cake).

5. Porsi
bento step (5)

Satu porsi kecil bento bisa mengenyangkan dengan nasi dan 2-4 jenis okazu. Umumnya, dalam satu bento terdapat setidaknya satu okazu protein dan satu jenis okazu sayuran.

Sumber: food.detik.com

Rahasia Sukses Orang-orang di Jepang


Negara Jepang terkenal dengan negara yang maju dan tak kalah dari negara adi daya yang lainnya. Meskipun Jepang memiliki sumber daya alam yang rendah, tetapi Jepang mempunyai sumber daya manusia yang berkuatitas dan tidak sedikit orang-orang disana menjadi orang yang sukses. Nah kali ini kita akan bahas mengenai rahasia di balik suksesnya orang-orang jepang. douzo~

1. Kerja Keras
Sudah menjadi rahasia umum bahwa bangsa Jepang adalah pekerja keras. Rata-rata jam kerja pegawai di Jepang adalah 2450 jam/tahun, sangat tinggi dibandingkan dengan Amerika (1957 jam/tahun), Inggris (1911 jam/tahun), Jerman (1870 jam/tahun), dan Perancis (1680 jam/tahun). Seorang pegawai di Jepang bisa menghasilkan sebuah mobil dalam 9 hari, sedangkan pegawai di negara lain memerlukan 47 hari untuk membuat mobil yang bernilai sama. Seorang pekerja Jepang boleh dikatakan bisa melakukan pekerjaan yang biasanya dikerjakan oleh 5-6 orang. Pulang cepat adalah sesuatu yang boleh dikatakan “agak memalukan” di Jepang, dan menandakan bahwa pegawai tersebut termasuk “yang tidak dibutuhkan” oleh perusahaan.
2. Malu

Malu adalah budaya leluhur dan turun temurun bangsa Jepang. Harakiri (bunuh diri dengan menusukkan pisau ke perut) menjadi ritual sejak era samurai, yaitu ketika mereka kalah dan pertempuran. Masuk ke dunia modern, wacananya sedikit berubah ke fenomena “mengundurkan diri” bagi para pejabat (mentri, politikus, dsb) yang terlibat masalah korupsi atau merasa gagal menjalankan tugasnya. Efek negatifnya mungkin adalah anak-anak SD, SMP yang kadang bunuh diri, karena nilainya jelek atau tidak naik kelas. Karena malu jugalah, orang Jepang lebih senang memilih jalan memutar daripada mengganggu pengemudi di belakangnya dengan memotong jalur di tengah jalan. Mereka malu terhadap lingkungannya apabila mereka melanggar peraturan ataupun norma yang sudah menjadi kesepakatan umum.

3. Hidup Hemat
Orang Jepang memiliki semangat hidup hemat dalam keseharian. Sikap anti konsumerisme berlebihan ini nampak dalam berbagai bidang kehidupan. Di masa awal mulai kehidupan di Jepang, saya sempat terheran-heran dengan banyaknya orang Jepang ramai belanja di supermarket pada sekitar jam 19:30. Selidik punya selidik, ternyata sudah menjadi hal yang biasa bahwa supermarket di Jepang akan memotong harga sampai separuhnya pada waktu sekitar setengah jam sebelum tutup. Seperti diketahui bahwa Supermarket di Jepang rata-rata tutup pada pukul 20:00.

4. Loyalitas
Loyalitas membuat sistem karir di sebuah perusahaan berjalan dan tertata dengan rapi. Sedikit berbeda dengan sistem di Amerika dan Eropa, sangat jarang orang Jepang yang berpindah-pindah pekerjaan. Mereka biasanya bertahan di satu atau dua perusahaan sampai pensiun. Ini mungkin implikasi dari Industri di Jepang yang kebanyakan hanya mau menerima fresh graduate, yang kemudian mereka latih dan didik sendiri sesuai dengan bidang garapan (core business) perusahaan.

5. Inovasi
Jepang bukan bangsa penemu, tapi orang Jepang mempunyai kelebihan dalam meracik temuan orang dan kemudian memasarkannya dalam bentuk yang diminati oleh masyarakat. Menarik membaca kisah Akio Morita yang mengembangkan Sony Walkman yang melegenda itu. Cassete Tape tidak ditemukan oleh Sony, patennya dimiliki oleh perusahaan Phillip Electronics. Tapi yang berhasil mengembangkan dan membundling model portable sebagai sebuah produk yang booming selama puluhan tahun adalah Akio Morita, founder dan CEO Sony pada masa itu. Sampai tahun 1995, tercatat lebih dari 300 model walkman lahir dan jumlah total produksi mencapai 150 juta produk. Teknik perakitan kendaraan roda empat juga bukan diciptakan orang Jepang, patennya dimiliki orang Amerika. Tapi ternyata Jepang dengan inovasinya bisa mengembangkan industri perakitan kendaraan yang lebih cepat dan murah.

6. Pantang Menyerah
Sejarah membuktikan bahwa Jepang termasuk bangsa yang tahan banting dan pantang menyerah. Puluhan tahun dibawah kekaisaran Tokugawa yang menutup semua akses ke luar negeri, Jepang sangat tertinggal dalam teknologi. Ketika restorasi Meiji (meiji ishin) datang, bangsa Jepang cepat beradaptasi dan menjadi fast-learner. Kemiskinan sumber daya alam juga tidak membuat Jepang menyerah. Tidak hanya menjadi pengimpor minyak bumi, batubara, biji besi dan kayu, bahkan 85% sumber energi Jepang berasal dari negara lain termasuk Indonesia . Kabarnya kalau Indonesia menghentikan pasokan minyak bumi, maka 30% wilayah Jepang akan gelap gulita Rentetan bencana terjadi di tahun 1945, dimulai dari bom atom di Hiroshima dan Nagasaki , disusul dengan kalah perangnya Jepang, dan ditambahi dengan adanya gempa bumi besar di Tokyo . Ternyata Jepang tidak habis. Dalam beberapa tahun berikutnya Jepang sudah berhasil membangun industri otomotif dan bahkan juga kereta cepat (shinkansen) . Mungkin cukup menakjubkan bagaimana Matsushita Konosuke yang usahanya hancur dan hampir tersingkir dari bisnis peralatan elektronik di tahun 1945 masih mampu merangkak, mulai dari nol untuk membangun industri sehingga menjadi kerajaan bisnis di era kekinian. Akio Morita juga awalnya menjadi tertawaan orang ketika menawarkan produk Cassete Tapenya yang mungil ke berbagai negara lain. Tapi akhirnya melegenda dengan Sony Walkman-nya. Yang juga cukup unik bahwa ilmu dan teori dimana orang harus belajar dari kegagalan ini mulai diformulasikan di Jepang dengan nama shippaigaku (ilmu kegagalan). Kapan-kapan saya akan kupas lebih jauh tentang ini

7. Budaya Baca
Jangan kaget kalau anda datang ke Jepang dan masuk ke densha (kereta listrik), sebagian besar penumpangnya baik anak-anak maupun dewasa sedang membaca buku atau koran. Tidak peduli duduk atau berdiri, banyak yang memanfaatkan waktu di densha untuk membaca. Banyak penerbit yang mulai membuat man-ga (komik bergambar) untuk materi-materi kurikulum sekolah baik SD, SMP maupun SMA. Pelajaran Sejarah, Biologi, Bahasa, dsb disajikan dengan menarik yang membuat minat baca masyarakat semakin tinggi. Saya pernah membahas masalah komik pendidikan di blog ini. Budaya baca orang Jepang juga didukung oleh kecepatan dalam proses penerjemahan buku-buku asing (bahasa inggris, perancis, jerman, dsb). Konon kabarnya legenda penerjemahan buku-buku asing sudah dimulai pada tahun 1684, seiring dibangunnya institute penerjemahan dan terus berkembang sampai jaman modern. Biasanya terjemahan buku bahasa Jepang sudah tersedia dalam beberapa minggu sejak buku asingnya diterbitkan.
8. Kerjasama Kelompok

Budaya di Jepang tidak terlalu mengakomodasi kerja-kerja yang terlalu bersifat individualistik. Termasuk klaim hasil pekerjaan, biasanya ditujukan untuk tim atau kelompok tersebut. Fenomena ini tidak hanya di dunia kerja, kondisi kampus dengan lab penelitiannya juga seperti itu, mengerjakan tugas mata kuliah biasanya juga dalam bentuk kelompok. Kerja dalam kelompok mungkin salah satu kekuatan terbesar orang Jepang. Ada anekdot bahwa “1 orang professor Jepang akan kalah dengan satu orang professor Amerika, hanya 10 orang professor Amerika tidak akan bisa mengalahkan 10 orang professor Jepang yang berkelompok” . Musyawarah mufakat atau sering disebut dengan “rin-gi” adalah ritual dalam kelompok. Keputusan strategis harus dibicarakan dalam “rin-gi”.

9. Mandiri
Sejak usia dini anak-anak dilatih untuk mandiri. Irsyad, anak saya yang paling gede sempat merasakan masuk TK (Yochien) di Jepang. Dia harus membawa 3 tas besar berisi pakaian ganti, bento (bungkusan makan siang), sepatu ganti, buku-buku, handuk dan sebotol besar minuman yang menggantung di lehernya. Di Yochien setiap anak dilatih untuk membawa perlengkapan sendiri, dan bertanggung jawab terhadap barang miliknya sendiri. Lepas SMA dan masuk bangku kuliah hampir sebagian besar tidak meminta biaya kepada orang tua. Teman-temen seangkatan saya dulu di Saitama University mengandalkan kerja part time untuk biaya sekolah dan kehidupan sehari-hari. Kalaupun kehabisan uang, mereka “meminjam” uang ke orang tua yang itu nanti mereka kembalikan di bulan berikutnya.

10. Jaga Tradisi & Menghormati Orang Tua
Perkembangan teknologi dan ekonomi, tidak membuat bangsa Jepang kehilangan tradisi dan budayanya. Budaya perempuan yang sudah menikah untuk tidak bekerja masih ada dan hidup sampai saat ini.
Budaya minta maaf masih menjadi reflek orang Jepang. Kalau suatu hari anda naik sepeda di Jepang dan menabrak pejalan kaki , maka jangan kaget kalau yang kita tabrak malah yang minta maaf duluan.
Sampai saat ini orang Jepang relatif menghindari berkata “tidak” untuk apabila mendapat tawaran dari orang lain. Jadi kita harus hati-hati dalam pergaulan dengan orang Jepang karena “hai” belum tentu “ya” bagi orang Jepang Pertanian merupakan tradisi leluhur dan aset penting di Jepang. Persaingan keras karena masuknya beras Thailand dan Amerika yang murah, tidak menyurutkan langkah pemerintah Jepang untuk melindungi para petaninya. Kabarnya tanah yang dijadikan lahan pertanian mendapatkan pengurangan pajak yang signifikan, termasuk beberapa insentif lain untuk orang-orang yang masih bertahan di dunia pertanian. Pertanian Jepang merupakan salah satu yang tertinggi di dunia.

Thanks for visiting ^^

Red Sony PSP Come back soon, okay~ ^^

- Copyright © 2013 Zerokuma - Yui-Lovers V2 - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -